berhasil dengan baik, menurut Prof Dr
Haryono Suyono, adalah pemimpin yang
mau mendengar dari siapapun termasuk
dari bawahannya sendiri.
Mungkin ada timbul pertanyaan, bahwa
akan banyak pengikut yang tidak
mempunyai keberanian untuk
menyampaikan aspirasinya, tetapi setiap
pemimpin dapat memberitahukan kepada
para pengikut organisasi atau perusahaan
mengenai posisi sementara dalam upayaupaya
dan alasan menjalankan suatu
rencana yang sedang dibangun. Bawahan
atau pengikut perlu mendapatkan
pengertian yang mendalam tentang apa
yang dimaksudkan oleh pemimpinnya. Di
sinilah perlunya membangun budaya dalam
membangun orang lain.
Sebenarnya Kepemimpinan itu bukanlah
semata-mata adalah seseorang yang
memiliki jabatan struktural dalam
pemerintahan atau posisi tertentu dalam
perusahaan atau organisasi saja, melainkan
Kepemimpinan lebih mengacu kepada
fungsi dan tugas yang dimiliki seseorang,
bukan hanya sekadar seseorang yang berada
di posisi atas. Kita mengetahui bahwa saat
ini telah banyak konsep-konsep yang
menawarkan tentang format definisi dan
pendekatan terhadap kepemimpinan,
namun semua teori kepemimpinan itu baik
dalam hal definisi maupun penjelasannya
biasanya memiliki nilai-nilai dan arti sendirisendiri.
Seorang pemimpin tidak akan berhasil
membangun pengikutnya jika tidak berhasil
melihat suatu masalah yang sedang
dihadapi, karena adanya perubahan itu
berawal dari suatu kepekaan atau kesadaran
dari masing-masing yang dipengaruhi oleh
lingkungan maupun perkembangan yang
sedang bergulir.
Komunikasi dan Hubungan
Memimpin suatu lembaga besar tidak
bisa dilakukan hanya dengan menyelesaikan
masalah internal saja, yang sebenarnya
masalah internal itu pun bebannya sudah
terlalu besar, namun jika tidak segera
dibenahi dan diselesaikan secara sistematis
dengan mendasarkan pada praktik
manajemen yang baik, sudah barang tentu
pemimpin itu akan mengalami kegagalan.
Faktor komunikasi dan hubungan dengan
instansi dan lembaga lain ini merupakan
persyaratan yang mesti dilakukan dan
dikembangkan secara hati-hati,
aktif dan profesional, sehingga
akan membawa hasil yang
sangat menggembirakan, baik
bagi organisasinya maupun
bagi pemimpinnya. Jadi
profesionalisme dalam
memimpin lembaga besar itu
sangat diperlukan, dan ini juga
sangat menentukan suksesnya
suatu lembaga yang
dipimpinnya, demikian
dikatakan mantan Kepala
Badan Pusat Statistik (BPS)
Sugito Suwito, dalam bukunya
berjudul Nostalgia Memimpin
BPS.
Bila seseorang berada pada posisi
puncak, dan mereka ini ingin tetap
mempunyai pengaruh yang langgeng, maka
akan lebih baik mereka tetap memelihara
hubungan baik dengan orang-orang dekat
yang ada di sekitarnya. Dengan saling
menghormati, ini akan menimbulkan
adanya suatu kepercayaan yang bersinergi,
saling ketergantungan dan akhirnya saling
menghargai. Biasanya pemimpin yang
langgeng dan tetap dihormati dan dihargai
adalah memimpin yang mempunyai sikap
rendah hati dan mau mendengar
sehubungan dengan kepemimpinannya. Ini
juga bisa dianggap melampaui usianya, dan
orang-orang seperti ini akan langgeng dan
tetap dikenang, meskipun telah tiada.
Pemimpin yang berhasil seperti pepatah
lama yang tidak mudah untuk dilupakan
yaitu, gajah mati meninggalkan gading,
harimau mati meninggalkan belang,
manusia mati meninggalkan budi baik.
Nah, jika Anda kebetulan dipercaya
sebagai seorang pemimpin, jangan merasa
diri sebagai ”Bos” tetapi akan lebih baik bila
Anda mau mendengar orang lain
sehubungan dengan apa yang akan dan
hendak Anda lakukan. Kalau perlu jangan
segan-segan untuk bertanya dan minta
pendapat dari orang lain, walau itu adalah
bawahan Anda sendiri. Percayalah
kredibilitas Anda tidak akan turun, bila
Anda mau mendengar dan bertanya, dan ini
justru akan menaikkan kredibilitas Anda
sendiri dan Anda akan mendapatkan
simpati yang luar biasa dari bawahan atau
orang-orang di sekeliling Anda. Mulyono
Daniprawiro, kandidat doktor Universitas
Satyagama, Jakarta